Oleh : Muhammad Rifki Syaiful Rasyid
Tim Kaderisasi Nasional PB PMII 2024-2027
Beberapa hari ini kembali mencuat statement dari aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) mengenai sejarah berdirinya Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), yang hemat mereka pendirinya adalah HMI. Pernyataan ini kembali timbul di beberapa unggahan sosial media setelah Abdul Muhaimin Iskandar alias Cak Imin berguyon "Yang Tumbuh Dari Bawah itu PMII, Bukan HMI". Bahkan paling kejamnya mengklaim PMII tidak bisa balas budi setelah didirikan oleh kader-kader HMI.
Dalam beberapa literatur memang disebutkan bahwa PMII didirikan oleh kader HMI yakni Mahbub Djunaidi yang pada tahun 1960 merupakan salah satu pengurus besar HMI. Tetapi, lebih banyak literatur menyebut bahwa PMII dan 13 pendiri, yang berarti bahwa PMII sama sekali tidak didirikan kader HMI apalagi secara kelembagaan HMI. Sebab, literatur sejarah menyatakan bahwa PMII lahir dari Rahim Nadhlatul Ulama tepatnya pada 14-16 April 1960 saat pelaksanaan Kombes NU di Surabaya. Dan Resmi dideklarasikan pada 17 April 1960, yang akhirnya menjadi tanggal perayaan Hari Lahir PMII setiap tahunnya.
PMII secara istilah berarti Pergerakan, Mahasiswa, Islam, dan Indonesia. Tidak lepas dari penerjemahan empat kata itu. Pergerakan adalah suatu perubahan posisi atau tempat dari satu titik ke titik lain, baik secara fisik maupun non-fisik. Mahasiswa adalah seseorang yang sedang menjalani pendidikan tinggi di Universitas atau Perguruan Tinggi. Islam adalah adalah agama yang berlandaskan pada Firman Allah (Al-Qur'an) dan ajaran Nabi Muhammad SAW (Hadist & Sunnah). Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak di Asia Tenggara dengan berideologi kan Pancasila.
Tetapi, PMII secara khusus adalah organisasi yang berkomitmen untuk membentuk pribadi muslim Indonesia yang bertakwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, berilmu, cakap, dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya, serta berkomitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia. Inilah sebabnya, PMII sampai saat ini konsisten melahirkan kader & alumni yang berkarakter, berintegritas, dan berwawasan luas, serta mampu berkontribusi pada pembangunan masyarakat dan negara.
*HMI Bukan Pendiri PMII*
PMII berdasarkan fakta sejarah, didirikan oleh 13 pendiri yakni; A. Cholid Mawardi (Jakarta), M. Said Budairi (Jakarta), M. SubichUbaid (Jakarta), M. Makmun Sjukri (Bandung), Hilman (Bandung), Ismail Makky (Yogyakarta), Munsif Nachrowi (Yogyakarta), Nurul Huda Suaidi (Surakarta), Laili Mansur (Surakarta), Abdul Wahab Djaelani (Semarang), Hizbullah Huda (Surabaya), M.Cholid Marbuko (Malang), dan Ahmad Husein (Makassar) di Surabaya pada 14-16 April 1960. Hingga akhirnya berhasil dideklarasikan pada tanggal 17 April 1960 dan dikenal sebagai hari lahir PMII hingga sekarang.
Klaim PMII didirikan oleh salah satu kader HMI tentu karena sosok Mahbub Djunaidi yang pada tahun 1960 menjadi sosok penting bagi organisasi yang baru berdiri ini. Mahbub Djunaidi dipilih untuk menjadi Ketua Umum PB PMII yang pertama, tepatnya antara 14 hingga 16 April 1960 oleh pendiri PMII. Akan tetapi, Mahbub Djunaidi bukanlah salah satu dari 13 pendiri organisasi berwarna Biru Kuning ini. Begitu halnya dengan 13 pendiri PMII berdasarkan sejarahnya, tak satupun dari mereka adalah kader HMI. Secara historis pengalaman organisasi mereka adalah para pimpinan ataupun pengurus IPNU di beberapa wilayah hingga tingkat pusat.
Seyogyanya, klaim tentang PMII didirikan oleh HMI merupakan satu penggiringan narasi yang semestinya tidak diteruskan banyak kalangan apalagi para kader HMI yang sedang mempersoalkan statement Abdul Muhaimin Iskandar. Sebab, PMII adalah kawan seperjuangan HMI, yang lahir dari rahim Nadhlatul Ulama dan bukan dari Rahim HMI. Oleh karena perkawanan yang sudah cukup lama, tak elok untuk saling memburamkan fakta sejarah untuk mengklaim salah satunya lebih WAH ataupun lebih spesial. Mari merawat hubungan dengan saling menjaga marwah.
*PMII & Persatuan*
PMII secara kultur lebih menonjolkan sudut pemikiran yang bertujuan mewujudkan adanya kedinamisan sebagai organisasi mahasiswa, karena setiap waktu, kondisi zaman selalu berubah bersama dengan tantangannya. Itulah sebabnya PMII selalu berupaya untuk menjawab revolusi apapun. Menampakkan identitas ke-Islaman, ini sekaligus sebagai konsepsi lanjutan dari NU yang berhaluan ahlu sunnah wal jamaah yang juga berdasarkan perjuangan para wali di pulau jawa yang telah sukses dengan dakwahnya. PMII sangat toleran atas tradisi dan budaya setempat. Sehingga dengan demikian ajaran-ajarannya bersifat akomodatif. Ketiga, PMII memanifestasikan nasionalisme sebagai semangat kebangsaan, karenanya nama Indonesia harus tercantum.
Demikian, PMII lebih sekadar memastikan komitmennya dalam mengedepankan persatuan di tengah kacau balaunya situasi yang terjadi setiap saat. Dalam momentum ketidaksepakatan HMI terhadap pernyataan Cak Imin, PMII tentu lebih dari pada menghargai sikap kader HMI dalam masalah itu. Di sisi lain, PMII melihat bahwa dengan pro kontra pernyataan itu memiliki satu pelajaran yang mestinya dipetik oleh para kader, baik PMII maupun HMI. Bahwa sepertinya kita semua kembali mengungkit bagaimana kebersamaan yang seyognya menjafi kekuatan untuk melewati berbagai persoalan.
Sebagai seorang adik, tentu PMII menyadari keberadaan sang Kakak (HMI) yang lebih dulu dan bahkan menjadi media belajar PMII untuk tumbuh berkembang di negeri ini. Bahkan dalam banyak kesempatan, kedua organisasi ini menduetkan para kadernya untuk berkompetisi di berbagai level. Sehingga, sekali lagi bukan alasan bahwa persatuan kita akan pudar karena pernyataan yang masih perlu dikaji lebih dalam maknanya.